Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata
laku atau tingkah laku seseorang / sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Manajemen qolbu mempunyai
keyakinan bahwa sikap, perilaku seseorang adalah cerminan dari qolbu (hati)
seseorang. Karena qolbu merupakan tempat bersemayamnya niat, yakni yang
menentukan nilai perbuatan seseorang, berharga atau sia-sia, mulia atau nista.
Semakin baik qolbunya, maka semakin buruk pula perilakunya, sebaliknya semakin
buruk qolbunya maka semakin buruk pula perilakunya. Oleh karena itu perubahan
dan perbaikan perilaku harus diawali dengan upaya mengelola, meluruskan, dan
membersihkan qolbu (hati).
Manajemen qolbu merupakan upaya menata qolbu agar
senantiasa menjaga dan menjadikan niat dalam berbuat sesuatu dilandaskan pada
nilai-nilai hakiki dan mulia, sehingga niat dan perbuatannya akan bernilai
mulia dan dapat dipertanggungjawabkan di dunia maupun akhirat kelak. Kaitannya
dengan materi mengembangkan pola pendidikan dengan manajemen qolbu, ada
beberapa faktor yang membangun pola pendidikan yang dapat merubah karakter anak
didiknya menjadi manusia yang dewasa baik IQ, EQ maupun SQ-nya. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
A.
Suri Tauladan
Keteladanan merupakan faktor
penting dalam pola pendidikan karena siswa pembelajar tidak hanya belajar dari
apa yang disampaikan diruangan kelas. Siswa juga belajar dari perbuatan dan
tingkah laku pendidik dalam kesehariannya. Kegagalan pendidikan jika apa yang
dikatakan oleh pendidik berbeda dengan apa yang diperbuat oleh pendidikan. Jika
mengharapkan siswa ramah, maka pendidiknya pun harus ramah, jika mengharapkan
siswa rajin maka pendidiknya jangan sampai terlambat datang. Pendek kata apapun
yang diharapkan ada pada siswa harus ada pada pendidik. Pantangnya menyuruh
orang lain sebelum menyuruh diri sendiri dan melarang orang lain sebelum
menyuruh diri sendiri dan melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri.
Dalam manajemen qolbu keteladanan adalah kunci dalam merubah orang lain. Oleh
karena itu dalam menyampaikan materi kepada siswa ada 3 tipe pembicara, yaitu :
1. Pembicara Reading
Pembicara tipe ini menyampaikan
apa yang sudah dia baca dari buku, jurnal, majalah, surat kabar, media
elektronik dan sumber literatur lainnya. Bedanya dengan audience pembicara
lebih dulu baca atau mendengar. Jika audience juga pernah baca dan mendengar ,
maka materi yang disampaikan tidak memberikan nilai tambah apa-apa. Kekuatan
mempengaruhinya sangat lemah karena pembicaraan pun kadang-kadang belum yakin
akan materi tersebut.
2. Pembicara Having
Pembicara tipe ini menyampaikan
materi yang diketahuinya lewat membaca, mendengar dan menyimak lalu
didiskusikan dengan orang lain. Materi tersebut dikombinasikan dengan pendapat
dan sumber lainnya. Ada analisis yang tajam sehingga menghasilkan konsep baru.
Kedua tipe diatas biasanya hanya mampu mempengaruhi pemikiran seseorang tetapi
tidak memiliki daya dobrak pada hati pendengar sehingga bisa merubah perilaku.
3. Pembicara Being
Pembicara tipe ini mempunyai ciri khas sudah melakukan dan merasakan apa
yang dibicarakannya artinya apa yang dibicarakan kepada pendengar ada pada
dirinya (Walk the Talk). Pembicara tipe ini memiliki kekuatan (power full)
menembus hati pendengar sehingga mampu merubah perilaku seseorang. Untuk
menjadi tipe being memerlukan latihan diantaranya :
a. Tidak meremehkan
pendengar, karena siapa tahu diantar pendengar ada hamba yang dicintai Tuhan,
lebih mulia kedudukannya dibanding yang bicara dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
b. Berusaha keras
mengamalkan dulu apa yang disampaikan kepada orang lain
c.
Berusaha mengurangi menyampaikan pesan lewat bicara,
tetapi mendahulukan perbuatan, bukti dari apa yang dibicarakannya
d. Memiliki keyakinan kepada
materi yang disampaikannya dari hasil latihan dan pengamalan terhadap materi
tersebut
e.
Banyak input materi yang di dapat tetapi menyampaikannya
secara sederhana dan solitif
B.
Lingkungan (Sistem) yang
kondusif
Suri tauladan akan lebih berhasil
jika ditunjang dengan lingkungan yang kondusif. Proses perubahan perilaku siswa
akan efektif jika sistem yang ada mempermudah siswa untuk merubah perilakunya
kearah positif dan mempersulit siswa melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan
tujuan pendidikan. Dimulai dengan insfrastruktur yang ada dilingkungan
pendidikan harus didesain agar siswa dapat mempercepat perubahan perilakunya.
Aturan-aturan yang dibuat merupakan aturan yang mendewasakan pembelajar menuju
tujuan pendidikan yang ditetapkan sehingga siswa pembelajar dapat belajar
disiplin bukan hanya dari materi PPKn, atau pelajaran agama tetapi bisa belajar
dari cara memarkir kendaraan, membuang sampah, memelihara kebersihan kelas,
toilet dan semua lingkungan yang ada dirancang agar memudahkan siswa belajar
dan berlatih disiplin dan mempersulit siswa berperilaku tidak disiplin.
C.
Kekuatan Ibadah
Manusia diciptakan sangatlah
lemah dan penuh kekurangan walaupun dibalik itu semua, manusia dititipi potensi
yang banyak sebagai anugerah dari Allah SWT. Sebaik apapun konsep dan usaha
manusia pasti ada kekurangan dan kelemahan tetapi dengan melakukan pendekatan
kepada Allah SWT akan memantapkan usaha kita. Ibadah adalah salah satu media
pendekatan terhadap Allah SWT, sehingga jika kita dekat dengan-Nya, maka Allah
SWT akan mendapat bimbingan dan pertolongan dari-Nya.