Sabtu, 11 Agustus 2012

Mengembangkan Pola Pendidikan Dengan Manajemen Qolbu


Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku atau tingkah laku seseorang / sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Manajemen qolbu mempunyai keyakinan bahwa sikap, perilaku seseorang adalah cerminan dari qolbu (hati) seseorang. Karena qolbu merupakan tempat bersemayamnya niat, yakni yang menentukan nilai perbuatan seseorang, berharga atau sia-sia, mulia atau nista. Semakin baik qolbunya, maka semakin buruk pula perilakunya, sebaliknya semakin buruk qolbunya maka semakin buruk pula perilakunya. Oleh karena itu perubahan dan perbaikan perilaku harus diawali dengan upaya mengelola, meluruskan, dan membersihkan qolbu (hati).

Manajemen qolbu merupakan upaya menata qolbu agar senantiasa menjaga dan menjadikan niat dalam berbuat sesuatu dilandaskan pada nilai-nilai hakiki dan mulia, sehingga niat dan perbuatannya akan bernilai mulia dan dapat dipertanggungjawabkan di dunia maupun akhirat kelak. Kaitannya dengan materi mengembangkan pola pendidikan dengan manajemen qolbu, ada beberapa faktor yang membangun pola pendidikan yang dapat merubah karakter anak didiknya menjadi manusia yang dewasa baik IQ, EQ maupun SQ-nya. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

A.      Suri Tauladan
Keteladanan merupakan faktor penting dalam pola pendidikan karena siswa pembelajar tidak hanya belajar dari apa yang disampaikan diruangan kelas. Siswa juga belajar dari perbuatan dan tingkah laku pendidik dalam kesehariannya. Kegagalan pendidikan jika apa yang dikatakan oleh pendidik berbeda dengan apa yang diperbuat oleh pendidikan. Jika mengharapkan siswa ramah, maka pendidiknya pun harus ramah, jika mengharapkan siswa rajin maka pendidiknya jangan sampai terlambat datang. Pendek kata apapun yang diharapkan ada pada siswa harus ada pada pendidik. Pantangnya menyuruh orang lain sebelum menyuruh diri sendiri dan melarang orang lain sebelum menyuruh diri sendiri dan melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri. Dalam manajemen qolbu keteladanan adalah kunci dalam merubah orang lain. Oleh karena itu dalam menyampaikan materi kepada siswa ada 3 tipe pembicara, yaitu :
1.       Pembicara Reading
Pembicara tipe ini menyampaikan apa yang sudah dia baca dari buku, jurnal, majalah, surat kabar, media elektronik dan sumber literatur lainnya. Bedanya dengan audience pembicara lebih dulu baca atau mendengar. Jika audience juga pernah baca dan mendengar , maka materi yang disampaikan tidak memberikan nilai tambah apa-apa. Kekuatan mempengaruhinya sangat lemah karena pembicaraan pun kadang-kadang belum yakin akan materi tersebut.
2.       Pembicara Having
Pembicara tipe ini menyampaikan materi yang diketahuinya lewat membaca, mendengar dan menyimak lalu didiskusikan dengan orang lain. Materi tersebut dikombinasikan dengan pendapat dan sumber lainnya. Ada analisis yang tajam sehingga menghasilkan konsep baru. Kedua tipe diatas biasanya hanya mampu mempengaruhi pemikiran seseorang tetapi tidak memiliki daya dobrak pada hati pendengar sehingga bisa merubah perilaku.
3.       Pembicara Being
Pembicara tipe ini mempunyai  ciri khas sudah melakukan dan merasakan apa yang dibicarakannya artinya apa yang dibicarakan kepada pendengar ada pada dirinya (Walk the Talk). Pembicara tipe ini memiliki kekuatan (power full) menembus hati pendengar sehingga mampu merubah perilaku seseorang. Untuk menjadi tipe being memerlukan latihan diantaranya :
a.       Tidak meremehkan pendengar, karena siapa tahu diantar pendengar ada hamba yang dicintai Tuhan, lebih mulia kedudukannya dibanding yang bicara dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
b.       Berusaha keras mengamalkan dulu apa yang disampaikan kepada orang lain
c.        Berusaha mengurangi menyampaikan pesan lewat bicara, tetapi mendahulukan perbuatan, bukti dari apa yang dibicarakannya
d.       Memiliki keyakinan kepada materi yang disampaikannya dari hasil latihan dan pengamalan terhadap materi tersebut

e.        Banyak input materi yang di dapat tetapi menyampaikannya secara sederhana dan solitif

B.      Lingkungan (Sistem) yang kondusif
Suri tauladan akan lebih berhasil jika ditunjang dengan lingkungan yang kondusif. Proses perubahan perilaku siswa akan efektif jika sistem yang ada mempermudah siswa untuk merubah perilakunya kearah positif dan mempersulit siswa melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan. Dimulai dengan insfrastruktur yang ada dilingkungan pendidikan harus didesain agar siswa dapat mempercepat perubahan perilakunya. Aturan-aturan yang dibuat merupakan aturan yang mendewasakan pembelajar menuju tujuan pendidikan yang ditetapkan sehingga siswa pembelajar dapat belajar disiplin bukan hanya dari materi PPKn, atau pelajaran agama tetapi bisa belajar dari cara memarkir kendaraan, membuang sampah, memelihara kebersihan kelas, toilet dan semua lingkungan yang ada dirancang agar memudahkan siswa belajar dan berlatih disiplin dan mempersulit siswa berperilaku tidak disiplin.

C.      Kekuatan Ibadah
Manusia diciptakan sangatlah lemah dan penuh kekurangan walaupun dibalik itu semua, manusia dititipi potensi yang banyak sebagai anugerah dari Allah SWT. Sebaik apapun konsep dan usaha manusia pasti ada kekurangan dan kelemahan tetapi dengan melakukan pendekatan kepada Allah SWT akan memantapkan usaha kita. Ibadah adalah salah satu media pendekatan terhadap Allah SWT, sehingga jika kita dekat dengan-Nya, maka Allah SWT akan mendapat bimbingan dan pertolongan dari-Nya.

Alangkah indahnya jika kita sebagai pendidik memulai dari diri kita untuk meningkatkan niat ibadah kita. Kesibukan kita di sekolah untuk mendidik dan membina siswa tidak melupakan ibadah kita. Sehingga siswa bangga memiliki pendidik-pendidik yang memiliki keilmuan tinggi, cakap, cerdas tetapi juga memiliki kekuatan spiritual yang kokoh. Ibadah menjadi bagian dari konsep pendidikan menuju manusia dewasa. Langkah pertama adalah menyediakan fasilitas ibadah sebagai bagian instruktur pendidikan. Langkah berikutnya waktu ibadah diberikan secara luas sehingga setiap siswa memiliki peluang yang luas dalam beribadah. Semoha Allah SWT melihat kita bersungguh-sungguh memberikan keteladanan, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perubahan dan meningkatkan ibadah maka hanya Allah-lah yang mampu memberikan cahaya kepada hati-hati hamba-Nya untuk berubah menjadi manusia dewasa sesuai dengan tujuan pendidikan kita.